Persiapan tambang di murung raya,Kalteng

Rabu[04 pebruari 2009]

Proyek tambang Haju memang menjadi pioner pengembangan batu bara kokas (coking coal) kualitas super dari BHP Biliton di Indonesia. Proyek tersebut digarap melalui anak perusahaannya, PT Lahai Coal. Tapi, sesungguhnya ada proyek lain dalam skala raksasa yang akan digarap





Presdir PT Lahai Coal Indra Diannanjaya menyebut Blok Haju menjadi pintu masuk bagi BHP Biliton untuk menggarap potensi coking coal yang ada di Kalimantan Tengah, terutama di Kabupaten Murung Raya. ''Karena itu, Haju benar-benar kami siapkan dengan matang. Mulai tahap praeksplorasi hingga persiapan reklamasi kalau operasi tambang selesai,'' ujarnya.

Meski begitu, dia mengakui proyek raksasa yang bakal digarap BHP Biliton adalah Blok Maruwai. Letaknya sekitar 35 km sebelah utara Blok Haju. Pasalnya, cadangan coking coal di Maruwai relatif lebih besar dibandingkan yang ada di Haju.

Menurut Indra, cadangan tertambang coking coal di Blok Haju ditaksir hanya sekitar 5,4 juta ton. Karena itu, dengan target tingkat produksi 1 juta ton, eksploitasi Blok Haju diperkirakan hanya akan berumur lima tahun.

Keekonomian proyek tersebut, kata Indra, sempat menjadi pertanyan Departemen ESDM saat BHP Biliton mengajukan rencana pengembangan. ''Kami ditanya apakah hanya dengan lima tahun bisa untung. Ya, kami jawab, berdasar hitungan bisnis, kami tetap akan untung,'' ujarnya.

Selain itu, Tambang Haju juga sengaja di-setting sebagai proyek pioner BHP Biliton di Indonesia untuk pengembangan tambang kokas di remote area. Sebab, selain Haju, BHP Biliton memiliki konsesi tambang di Maruwai. ''Jika proyek Haju sukses, pengerjaan proyek lain akan lebih mudah,'' jelasnya.

Tambang Maruwai dikelola PT Maruwai Coal dan diperkirakan memiliki cadangan batu bara kokas jauh lebih besar dibandingkan Haju. Di Maruwai, Indra juga masuk dalam jajaran direksi.

Manajer Eksplorasi Maruwai Coal Project Avar A. Karema menuturkan, berdasar data sementara yang dikumpulkan tim eksplorasi, sumber daya batu bara di Maruwai mencapai 80 juta-100 juta ton. ''Untuk menentukan angka cadangan tertambang secara pasti, kami masih terus melakukan pengeboran eksplorasi,'' ujarnya.

Indra membeber, skala Tambang Maruwai bakal lebih besar dibandingkan Tambang Haju. Karena itu, besaran investasi pengembangan Maruwai juga akan lebih besar dibandingkan investasi yang ditanamkan di Haju senilai USD 100 juta (sekitar Rp 1,1 triliun). ''Investasinya jelas akan lebih besar, tapi belum ada asumsi angkanya,'' katanya.

Menurut dia, proyek infrastruktur untuk Blok Haju juga akan menjadi pembuka bagi pengembangan proyek infrastruktur di Blok Maruwai. Misalnya, pembangunan jalur angkut batu bara, peralatan konstruksi tambang, serta infrastructure camp. ''Jadi, jika operasional Blok Haju selesai, nanti bisa langsung dimobilisasi ke Maruwai,'' terangnya.

Manajer Tambang Haju Edi Widodo menambah, infrastruktur yang dibangun guna mendukung operasi Blok Haju adalah konstruksi tambang yang meliputi camp untuk menampung sekitar 400 pekerja, kantor, gudang, bengkel, serta tempat penampungan batu bara (coal stockpile). ''Kami juga akan membangun jalur pengangkutan batu bara sepanjang 41 km,'' ujarnya.

Sedangkan fasilitas pelabuhan akan dibangun di atas lahan seluas 56 hektare dengan stockpile tujuh kali 25.000 ton. Selain itu, ada crushing plant (untuk memperkecil ukuran batu bara) dengan kapasitas 500 ton per jam, serta conveyor belt dengan kapasitas 500 ton per jam.